Pages

Kamis, 17 Desember 2009

CARA MENGETAHUI LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER

Mungkin diantara teman-teman atau mungkin malah kebanyakan (termasuk juga saya, hehe) banyak yang tidak mengecek lama pemakaian komputer, atau sudah berapa lama komputer dipakai. Padahal dengan mengetahui lama pemakaian komputer bisa membantu kita buat mengistirahatkan (shutdown) komputer agar komputer bisa dingin dan mudah-mudahan bisa awet…

Lama waktu pemakaian komputer dihitung mulai dari komputer start (booting) hingga saat kita melakukan pengecekan lama pemkaian.

Untuk mengetahui lama pemakaian komputer, bisa bisa dengan cara berikut:
1. Pada start menu, pilih Start -> Run
ketik cmd
Klik tombol OK








2. Akan muncul commad prompt








3. Ketik systeminfo
kemudian tekan enter








4. Akan terlihat lama pemakaian computer, lihat system up time
(dalam contoh ini, lama pemakaian komputer saya adalah 1 jam 12 menit 27 detik ( lihat System Up Time)








Selamat mencoba, semoga bermanfaat.... ^_^

READ MORE - CARA MENGETAHUI LAMA PENGGUNAAN KOMPUTER

Jumat, 11 Desember 2009

Download Konfigurasi IA-32 bisa Mengakses Memori sampai 64GB

Bagi Anda yang menginginkan paper dan power point mengenai Konfigurasi IA-32 bisa mengakses memori sampai 64GB bisa di download di sini http://www.mediafire.com/myfiles.php
READ MORE - Download Konfigurasi IA-32 bisa Mengakses Memori sampai 64GB

Fakta Unik Tempat-Tempat di Dunia

Bosen sama berita-berita yang berat?? atau lagi pusing sama tugas kuliah yang semakin menjadi-jadi??hehe… Berikut ini ada fakta-fakta unik dari beberapa tempat menarik di seluruh dunia yang mudah-mudahan bisa nyegerin otak n bisa bikin semangat lagi ^_^

1. Danau Laut Mati yang membujur di daerah antara Israel dan Yordania memiliki sejumlah keunikan yang patut diperhatikan. Danau Laut Mati merupakan tempat terendah di dunia dengan ketinggian 417,5 meter di bawah permukaan laut! Selain itu, Danau Laut Mati memiliki kadar keasinan air mencapai 33%. Maka tak heran banyak wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengapung di laut itu. Karena kadar keasinannya itu, hampir tidak mungkin makhluk hidup bertahan di dalam Danau Laut Mati. Namun begitu, sejumlah jenis bakteri tertentu masih mampu bertahan di danau tersebut. Sekedar informasi, lumpur Danau Laut Mati sangat berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit kulit

2. Benua Antartika adalah benua yang memiliki sejumlah keunikan yang luar biasa untuk pelajari. Benua ini sebenarnya telah diselimuti es selama 35 juta tahun. Meski diselimuti es, benua dingin ini memiliki sejumlah gunung berapi, namun tidak satupun yang aktif. Benua Antartika memilik sejumlah puncak yang cukup tinggi, dengan Puncak tertinggi adalah Vinson Massif dengan ketinggian 4.897 meter. Meskipun manusia telah mendekati benua itu sejak 1820, namun baru 1990-an penjelajahan di daratan beku itu dimulai. Kehidupan yang sangat keras di sana ternyata telah merenggut nyawa 200 lebih ilmuwan dan peneliti selama 45 tahun terakhir!


3. Hutan adalah penyangga ekosistem yanyang paling vital di bumi. Apabila hutan mengalami kerusakan, maka lambat laun bumi akan mengalami pemanasan global karena naiknya kadar CO2 selain terjadi ketidakseimbangan ekosistem. Selain Indonesia, negara yang memiliki hutan perawan, bahkan yang terluas di dunia adalah Rusia. Diperkirakan Rusia memiliki 289 juta hektar hutan perawan, di mana separuhnya terletak di lima wilayah Siberia dan daerah timur. Karena tekanan ekonomi di Rusia serta besarnya perputaran uang di bisnis hutan yang mencapai US$ 3 milyar, kerusakan hutan perawan menjadi tidak terelakkan. Sama halnya di Indonesia, Illegal Logging pun marak terjadi. Apabila tidak ditanggulangi, beberapa tahu lagi hutan di sana akan habis dan mengancam ekosistem dunia.

4. Tahukah kamu, bahwa tempat terbasah di dunia (the wettest place in the world) ternyata sangat kontradiksi dengan sebutannya. Cherrapunji, yang terletak 1.290 m di atas permukaan laut menerima curah hujan rata-rata per tahun sebesar 1.270 cm. Curah hujan yang tinggi tersebut tidak serta merta membuat daerah itu memiliki banyak persediaan air. Apabila tidak sedang musim hujan (atau kerap disebut monsoon season t itu intensitas hujan yang tinggi diakibatkan oleh angin yang disebut monsoon yang membawa butir-butir air yang sangat banyak), maka Cherrapunji menjadi daerah yang sangat kekurangan air. Hal itu disebabkan kerusakan hutan di areal itu, sehingga air yang datang tidak bisa diikat di dalam tanah.



5. Suhu terpanas di bumi yang pernah tercatat adalah suatu wilayah di El Azizia, Sahara pada tanggal 13 September 1922 berada pada 57.8°C (136°F). Angka tersebut dicatat oleh stasiun meteorologi setempat. Suhu tertinggi sebelumnya yaitu pada 56.7 °C (134 °F) berada di Death Valley, California pada tanggal 10 Juli 1913. Dari 6 Juli sampai dengan 17 Agustus 1917 selama 43 hari berturut-turut suhu di Death Valley berada di atas 48°C (120° F). Meskipun begitu, tempat di bumi yang paling kering justru berada di gurun pasir Atacama yang justru memiliki kandungan air cukup banyak, dimana hanya menerima curah hujan rata-rata per tahun sebesar 0.01 cm. Beberapa lokasi di gurun Atacama malah tidak pernah turun hujan selama 400 tahun! Namun sejumlah fakta baru mengatakan bahwa tempat paling kering di dunia justru berada di benua Antartika, dimana terakhir kali benua ini menerima curah hujan adalah beberapa juta tahun yang lalu!

diambil dari : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=3341
READ MORE - Fakta Unik Tempat-Tempat di Dunia

Selasa, 01 Desember 2009

PERMASALAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMECAHANNYA

Dalam masalah pedidikan, perhatian pemerintah masih terasa sangat minim. Gambaran ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Dampak dari pendidikan yang semakin buruk itu membuat negeri kita kedepannya makin terpuruk. Pada dasarnya ada dua masalah pokok pendidikan, yaitu yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua yaitu masalah mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan bagi peserta didik. Sedangkan permasalahan pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional ada empat masalah. Masing-masing dari keempat permasalahan tersebut akan dibahas sebagai berikut.

1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan tentang bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Permasalahan ini timbul akibat masih banyaknya anak usia sekolah yang belum bisa ditampung dalam suatu lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas serta sarana yang disediakan, seperti gedung-gedung sekolah, tenaga pengajar, dan alat serta media belajar. Walaupun pemerintah telah membuat Undang-Undang yang mengatur permasalahan pendidikan, bukan berarti tujuan yang dicantumkan dalam Undang-Undang tersebut bisa terealisasi sesuai harapan. Undang-Undang tersebut kemudian dijadikan sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketertinggalan bangsa kita akibat penjajahan.
Permasalah pemerataan pendidikan ini merupakan salah satu permasalahan yang penting untuk diperhatikan. Utamanya pemberian pendidikan dasar yang memang sangat penting bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi perkembangan kehidupan. Pemberian pendidikan dasar di Sekolah dasar dapat memberikan bekal yang berarti dalam perkembangan pendidikan selanjutnya. Seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang dapat dikembangkan oleh masing-masing individu dalam mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media dan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian individu-individu tersebut tidak akan terbelakang dan menjadi penghambat dalam pembangunan.
Untuk pendidikan formal atau persekolahan, terdapat kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan dari setiap jenjang pendidikan yang ditempuh. Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan tersebut berdasarkan pada faktor kuantitatif, yaitu pemberian bekal dasar pendidikan yang sama kepada seluruh warga negara. Pada jenjang pendidikan menengah dan atas, kebijakan tersebut lebih didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan peserta didik, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu dan teknologi.
Untuk pendidikan informal atau luar sekolah, usaha pemerataan pendidikan dapat berjalan dengan pesat. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor perkembangan iptek yang menawarkan berbagai macam alternatif model pendidikan untuk memperluas pelayanan kesempatan belajar serta menambah pengetahuan mengenai teknologi. Faktor kedua yaitu faktor konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak membatasi usia seseorang untuk menuntut ilmu dan tidak terbatas hanya pada sarana-prasarana pendidikan yang tersedia.

Pemecahan Masalah Pemeratan Pendidikan
Permasalahan pemerataan pendidikan ini dapat dipecahkan melalui beberapa cara. Cara-cara tersebut bisa secara langsung pada sarana pendidikan atau pada pelaku pendidikan. Pada sarana pendidikan, dapat dilakukan misalnya melalui cara pembangunan gedung sekolah baru di daerah-daerah pinggiran, perbaikan dan penggantian gedung sekolah yang tidak layak pakai serta pengadaan sistem double sift (bergantian pagi dan sore) untuk penggunaan gedung sekolah agar penggunaannya bisa merata.
Sedangkan pada pelaku pendidikan dapat ditempuh dengan cara memberlakukan beberapa alternatif sistem pembelajaran baru. Seperti sistem pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru sehingga proses belajar bisa terjadi dimanapun, pengadaan sekolah dasar kecil di daerah terpencil untuk mengenalkan pendidikan bagi masyarakat pinggiran, sistem guru kunjung, sekolah terbuka, menggalakkan pendidikan luar sekolah seperti kejar paket A, B dan C, serta mengembangkan sistem belajar jarak jauh seperti teleconverse dan e-learning.

2. Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan muncul ketika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperi yang diharapkan. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia pendidikan dan sistem pendidikan yang kita pakai dapat menjadi penyebab dari permasalahan di atas. Banyaknya pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan seseorang. Di dalam belajar seharusnya disertai pemahaman terhadap suatu materi, sehingga pemahaman tersebut akan benar-benar menancap pada otak pelajar. Dan pada akhirnya, ketika ia harus terjun dalam masyarakat ia akan benar-benar bisa mengaplikasikan ilmu yang pernah ia pelajari tersebut.
Mutu pendidikan dapat diketahui pada kualitas keluarannya. Masyarakat tidak akan melihat proses bagaimana ia belajar. Yang dilihat hanyalah hasil akhir dari sekian lama ia menempuh pendidikan. Permasalahan yang banyak muncul sekarang adalah, apakah kualitas keluaran dari sistem pendidikan itu termasuk dalam pribadi yang benar-benar berkualitas sebagai manusia pembangunan. Dalam hal ini mampu membangun dirinya sendiri dan lingkungannya. Tetapi jelas tidak mudah mengukur mutu produk keluaran tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat menilai seseorang hanya pada hasil keluarannya saja, tanpa melihat proses pembelajaran dan proses mendapatkan keluaran tersebut.
Padahal sangat jelas, bahwa hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal, maka akan sulit mendapat hasil yang maksimal. Tapi bila proses belajar tidak optimal tetapi hasil yang dicapai baik, maka bisa dipastikan bahwa hasil yang dicapai itu semu. Ironisnya banyak sekali kejadian yang demikian tersebut terjadi di kehidupan kita sekarang. Jadi dari sini dapat diketahui bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Dalam proses belajar itu sendiri juga diperlukan dukungan dari komponen pendidikan seperti peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran dan masyarakat sekitar. Tapi dukungan yang diberikan pun juga tergantung pada kualitas dan kerjasama komponen pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mutu komponen pendidikan juga tergantung pada letak geografis tempat dimana komponen pendidikan itu berada. Umumnya diketahui bahwa di daerah pedesaan utamanya daerah terpencil mutu komponen pendidikannya lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Usaha pemerataan pendidikan bertujuan untuk memeratakan mutu pendidikan di setiap jenjang agar terjadi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah, baik itu desa maupun kota sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.

Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Sasaran pemecahan masalah mutu pendidikan adalah perbaikan kualitas komponen pendidikan dan mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya pemecahan permasalahan ini dapat ditempuh dengan cara:
- Seleksi yang lebih ketat terhadap calon yang akan masuk ke sekolah lanjutan atau tempat kerja.
- Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga pendidikan melalui latihan, penataran, seminar, dan lain-lain.
- Penyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan,
- Pembangunan sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar.
- Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratoriun secara tepat guna.
- Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian kenegaraan.
- Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh penilik ke setiap sekolah

3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan membahas bagaimana sistem pendidikan memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini tergantung bagaimana penggunan dari sumber daya tersebut. Akan dikatakan mempunyai efisiensi tinggi apabila penggunannya hemat dan tepat sasaran. Dan bila sebaliknya, maka efisiensinya rendah. Sumber daya yang dimaksud di sini antara lain adalah tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendidikan.
Masalah efisiensi tenaga kependidikan umumya meliputi masalah pengangkatan dan penempatan. Permasalahan pengangkatan terletak pada ketidakseimbangan antara jatah pengangkatan yang telah ditentukan dengan jumlah tenaga yang tersedia. Hal ini dapat menyebabkan kemubadziran tenaga pendidik, karena jatah pengangkatan jauh lebih kecil dari jumlah tenaga yang tersedia. Sehingga banyak tenaga pendidik banting setir mencari mata pencaharian yang tidak sesuai dengan keterampilannya mengajar. Padahal tenaga pendidik tidak dipersiapkan untuk berwirausaha.
Permasalahan penempatan banyak terjadi pada guru bidang studi. Masalah terletak pada ketidaksesuaian penempatan keahlian guru dengan kebutuhan di lapangan. Guru-guru yang menjadi korban dari permasalahan ini terpaksa merangkap mengajarkan bidang studi di luar kewenangannya. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah pengangkatan guru di suatu sekolah, selain itu sulitnya menjaring tenaga yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil sehingga menyebabkan kekurangan tenaga pengajar. Permasalahan penempatan tenaga pengajar ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam memfungsikan tenaga guru.
Masalah efisiensi sarana prasarana lebih tertuju pada kurang matangnya perencanaan penggunaan, selain itu juga karena perubahan kurikulum. Permasalahan kurang matangnya perencanan misalnya pada pembangunan gedung-gedung sekolah tanpa memperhatikan lokasinya. Akibatnya banyak sekolah kekurangan murid dan banyak ruangannya menjadi kosong. Contoh lain yaitu diadakannya pendistribusian sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap dan keterampilan. Hal ini menyebabkan kemubadziran, karena sarana tersebut akhirnya tidak terpakai dan peningkatan efektifitas belajar pun gagal direalisasikan. Perubahan kurikulum biasanya mengakibatkan tidak terpakainya lagi buku paket siswa, pegangan guru dan perangkat belajar lainnya karena harus diganti dengan yang baru. Selain itu pengadaan pelatihan dan penataran kurikulum baru itu jelas memakan biaya yang tidak sedikit. Dan akhirnya pemborosan pun tidak bisa dielakkan lagi.
Pemecahan Masalah Efisiensi Pendidikan
Permasalah efisiensi pendidikan lebih mengarah pada masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.Hal tersebut dapat ditempuh melalui cara-cara pendekatan sistem, berorientasi pada peserta, dan pemanfaatan sumber belajar. Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didesain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari peserta didik. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana pesera didik dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.

4. Masalah Relevansi Pendidikan
Relevansi menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti hubungan atau kaitan. Maksudnya yaitu hubungan antara hasil keluaran (output) pendidikan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh pembangunan. Tugas pendidikan yaitu menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan mampu menghasilkan output dari proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan mampu mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka ragam. Jika system pendidikan mampu menghasilkan output yang baik, potensial dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Umumnya output yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan jumlahnya lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan di lapangan. Namun sebaliknya, ada tenaga kerja yang dibutuhkan di lapangan, tapi kurang diproduksi atau bahkan tidak diproduksi. Ketidakseimbangan ini tentunya dapat menambah permasalahan dalam dunia pendidikan. Jumlah output yang lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah tenaga kerja yang menunggu pekerjaan setiap tahunnya. Hal lain yang mendukung masalah relevansi pendidikan yaitu masalah penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang jarang penduduk yaitu di daerah pedalaman khususnya daerah terpencil yang berlokasi di pegununugan dan pulau-pulau. Permasalahan ini dapat menimbulkan perbedaan kebudayaan dan pandangan hidup mereka.
Masyarakat yang hidup di perkotaan umumnya mampu berfikir moderen dan mempunyai orientasi ke depan, sedangkan masyarakat pedalaman biasanya sudah merasa puas dengan apa yang dimilikinya tanpa ada usaha untuk maju. Hal inilah yang membuat kelompok masyarakat pedalaman kurang ikut berperan serta dalam pembangunan. Tugas pendidikan ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya dan memperkenalkan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan. Dalam hal ini pendidikan juga berperan dalam hal transformasi budaya, dan selalu bertumpu pada kebudayaan nasional. Sedangkan kebudayaan nasional sendiri selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Jika sistem pendidikan mampu menggapai masyarakat keterbelakangan kebudayaan tersebut, maka pendidikan mampu melibatkan masyarakat tersebut dalam pembangunan. Dengan ini maka relevansi dianggap terjadi.

Pemecahan Masalah Relevansi Pendidikan
Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan mealui cara-cara seperti:
- Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
- Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan selama menempuh pendidikan.
- Melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusunan kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat.
- Memberdayakan lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Juga meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
- Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai hak, dukungan, dan lindungan sesuai dengan potensinya.
- Pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal dan nonformal di dalam pembentukan dan pengembangan kualitas SDM sedini mungkin, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keimanan dan ketakwaan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
- Memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah sebagai wujud peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

II. KESIMPULAN
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan selalu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan.
Untuk memecahkan permasalahan-permasalahn tersebut diperlukan rumusan tentang berbagai masalah yang bersifat pokok agar pemecahannya pun bisa tepat sasaran. Keempat permasalahan yang timbul tersebut dapat teratasi jika pendidikan mampu untuk:
- Menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya mampu menampung semua warga negara yang butuh pendidikan dalam suatu wadah pendidikan.
- Mencapai hasil pendidikan yang bermutu, artinya perencanaan dan proses belajar telah sesuai dengan tujuan sistem pendidikan yang telah ditetapkan
- Terlaksana secara efisien, artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang telah ditulis dalam perencanaan.
- Menghasilkan produk bermutu yang relevan, artinya output yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Namun yang terjadi sekarang, hal-hal diatas belum dapat dipenuhi oleh sistem pendidikan yang ada di negara kita.
READ MORE - PERMASALAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMECAHANNYA

Senin, 23 November 2009

ASSESMEN OTENTIK

Definisi Assesmen Otentik

Assesmen otentik atau sering disebut sebagai assesmen berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai praktik assesmen yang secara langsung dan bermakna, dalam arti apa yang diakses adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan nyata siswa. Seorang siswa belum bisa dikatakan belajar dengan sempurna bila dia belum bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat diperlukan assesmen otentik dalam pembelajaran untuk membentuk kompetensi riil pada sisiwa.

Sedangkan Archbald (1991) mengungkapkan bahwa assesmen otentik berbeda dengan evaluasi penilaian pendidikan yang dilakukan secara tradisional yang mana di dalamnya berfokus pada kegiatan yang memunculkan kembali informasi seperti mengingat kembali perjanjian-perjanjian, istilah-istilah dan rumus-rumus. Pada assesmen otentik siswa menggunakan informasi yang masih diingat oleh otaknya untuk menghasilkan produk yang murni, berperan serta dalam menampilkan kinerja atau melengkapi proses dalam konteks “dunia nyata”. Siswa belajar bagaimana mengaplikasikan keterampilan mereka pada tugas-tugas dan rencana-rencana yang asli/otentik. Jadi sangat jelas amanat KTSP agar penilaian dilakukan dengan assesmen otentik, sehingga pembelajaran benar-benar mencerminkan kebermaknaan bagi siswa.

Adapun focus pelaksanaan assesmen otentik yaitu :

· Bagaimana siswa membuat analisis dari bacaan atau kejadian di sekitarnya

· Kemampuan sisws untuk mengintegrasikan apa yang telah dipelajari

· Perkembangan kreatifitas

· kemampuan kerja sama, dan

· kemampuan mengekspresikan secara lisan

Assesmen otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada guru, bukan pada siswa. Guru tak sepatutnya melakukan hal yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh , untuk mengenal habitat sungai guru mengutus siswanya untuk melihat sendiri habitat tersebut (melihat langsung ke lokasi, melihat video atau gambar-gambar), kemudian siswa menyampaikan apa yang telah ia lihat, jadi bukan guru yang menceritakan habitat sungai kepada siswa. Jika penjelasan tetap dilakukan oleh guru maka pembelajaran menjadi tidak riil dan tidak otentik. Selain itu tes-tes objektif sebaiknya dihindari dalam pelaksanaan assesmen otentik kerena jenis tes tersebut merupakan imposed target by the tester with only one single answer. Tes objektif tidak memberi kesempatan peserta didik menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan caranya sendiri, tetapi dipaksa dengan hanya sedikit pilhan tanpa boleh mengambil jawaban selain jawaban yang ditawarkan.

Beberapa pendekatan dalam assesmen otentik yaitu :

· Melakukan percobaan-percobaan yang bersifat keilmuan.

· Melakukan penelitian yang bersifat ilmu social.

· Menulis cerita dan berita/laporan.

· Membaca dan menginterpretasikan literature.

· Memecahkan soal-soal matematika yang dapat diaplikasikan di dunia nyata.

Tujuan Pelaksanaan Assesmen Otentik

Di dalam assesmen otentik, penilaian seringkali berdasarkan performa siswa. Siswa diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka hadapi. Asesmen otentuk dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang bertujuan :

· Mengembangkan respon siswa daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya.

· Menunjukkan cara berfikir tingkat tinggi (higher order thinking).

· Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau menyeluruh.

· Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.

· Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas siswa (portofolio) dalam jangka waktu lama.

· Memberikan kesempatan untuk melakukan penilaian beragam.

· Didasarkan dari kriteria yang jelas dan diketahui oleh siswa.

· Berhubungan erat dengan belajar di kelas.

· Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi pekerjaannya.

Jenis-Jenis Assesmen Otentik

Jenis-jenis assesmen otentik meliputi assesmen portofolio, kinerja (performance assessment), esai (open-respons questions), short investigation dan evaluasi diri (self assessment).

1. Assesmen Portofolio

Portofolio dan pencapaian suatu programio merupakan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti yang menunjukkan perkembangan. Portofolio juga dapat diartikan sebagai dokumen selama pembelajaran dalam jangka panjang yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan dan pembelajan siswa tentang harga diri penilaian dirinya sendiri, editing dan revisi.

Assesmen portofolio dapat membantu pencapaian target kompetensi, ia merupakan suatu pendekatan assesmen yang komprehensif karena:

· Dapat mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara bersama-sama

· Berorientasi baik pada proses maupun produk belajar

· Dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual

Assesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok, yaitu:

a. Sampel Karya Peserta Didik

Karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem, matematika maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi pengajar, maupun preferensi peserta didik. Assesmen portofolio menilai proses maupun hasil.

b. Evaluasi Diri dalam Assesmen Portofolio

Evaluasi diri peserta didik dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan. Dengan demikian peserta didik akan lebih bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.

c. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka

Dalam assesmen portofolio criteria penilaian harus dissosialisasikan kepada peserta didik secara jelas, mencakup prosedur dan standar pnilaian. Sistem dan standar assesmen dianjurkan untuk ditetapkan dahulu bersama-sama dengan peserta didik atau paling tidak diumumkan secara jelas.

2. Kinerja (Performance Assesment)

Assesmen kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang dilakukan dalam suatu program. Pemantauan ini didasakan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan untuk menyelesaikan permasalahn yang diberikan.

Assesmen kerja adalah penelusuran produk dalam proses, artinya hasil-hasil yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu dijadikan dasar pemantauan perkembangan dan pencapaian program tersebut.

Ada tiga komponen utama dalam assesmen kerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubric performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide).

Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu :

· Holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi.

· Analytic scoring, yaitu pembeian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi.

· Primary traits scoring, yaitu pemberian skor terhadap beberapa unsure dominan dari suatu performansi.

3. Esai (open-respons question)

Test/esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, meumuskan dan mengemukakan sendiri jawabannya. jadi peserta didik tidak memilih jawaban melainkan memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.

Ada dua bentuk esai, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response). Pada tes esai bentuk jawaban terbuka, peserta didik dapat mendemonstrasikan kecakapannya untuk:

· Menyebutkan pengetahuan factual

· Menilai pengetahuan faktualnya

· Menyusun ide-idenya

· Mengemukakan idenya secara logis dan koheren

Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka merupakan bentuk assesmen otentik. Kelemahan esai adalah pada bagian penskoran akibat kurang objektifnya pemberi nilai.

4. Short Investigation

Pelaksanaannya yaitu guru menggunakan pengamatan singkat untuk mengetahui seberapa baik para siswa menguasai konsep-konsep dan keterampilan dasar. Sebagian besar pengamatan singkat dimulai dengan stimulus, seperti soal-soal matematika, gambar, peta, atau kutipan dari para ahli. Guru dapat meminta siswa untuk menginterpretasikan, mendiskripsikan, menghitung, merencanakan atau memprediksi. pengamatan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda yang tingkatnya agak sulit, atu menggunakan peta konsep. Teknik seperti ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik siswa memahami hubungan-hubungan antar konsep.

5. Evaluasi Diri (Self Assesment)

Menurut Rolheiser dan Ross (2005) evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalaman diri sendiri. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.

Olheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoritik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi terhadap pencapaian tujuan. Jadi ketika mengevaluasi sendiri performansinya,peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goal). Kombinasi dari goal dan effort ini menentukan prestasi (achievement), selanjutnya prestasi ini berakibat pada penialaian terhadap diri (self-judgment), akibatnya timbul reaksi (self-reaction).

Kedua peneliti ini mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu:

· Libatkan semua komponen dalam menentukan criteria penilaian.

· Pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan criteria tersebut unntuk menilai kinerjanya.

· Beikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya.

· Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.

Sifat-Sifat Assesmen Otentik

Assesmen yang relevan adalah jenis-jenis assesmen yang identik dengan cirri pesrta didik yang aktif membangun pengetahuan hingga terbentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam setiapmata kuliah. Secara garis besar, assesmen otentik memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Berbasis Kompetensi

yaitu assesmen yang mampu memantau kompetensi sesrorang. Assesmen otentik pada dasrnya adalah assesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari sutu proses belajar yang komprehensif. Kompetensi merupakan atribut individu peserta didik.

2. Individual

Kompetensi tidak bisa disamaratakan pada semua orang, tapi bersifat personal. Karena itu cara-cara assesmen yang digunakan untuk memantau kemampuan peserta didik cenderung tidak dapat secara akurat mengukur kompetensi setiap individu.

3. Berpusat pada Peserta Didik

Sifat ini muncul karena pelaksanaan assesmen otentik direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh peserta didik sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya untuk melakukan perbaikan. Assesmen otentik bersifat tak terstruktur dan open ended, dalam arti percepatan penyelesaian tugas-tugasnya otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok.

4. Otentik

Pelaksanaannya harus nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari. Selain itu harus sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan.

5. Terintegrasi dengan proses pembelajaran

Maksudnya adalah siswa tidak selalu dalam situasi test.

6. On Going atau berkelanjutan

Assesmen otentik harus dilkukan secra langsung pada saat proses pembelajaran.

READ MORE - ASSESMEN OTENTIK
 

UM Bloggers


Universitas Negeri Malang

Sample Text

Starting Point...

Bila aku harus mengulangi hidup ini, aku akan membuat kesalahan-kesalahan yang sama, tetapi aku pastikan bahwa aku menemukan kesalahan-kesalahan itu jauh lebih awal. Sehingga keberhasilan akan datang lebih awal menjemput dan meng'elukanku.
Aku tidak tahu takdirku, tetapi aku tahu hakku untuk berhasil.