Definisi Assesmen Otentik
Assesmen otentik atau sering disebut sebagai assesmen berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai praktik assesmen yang secara langsung dan bermakna, dalam arti apa yang diakses adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan dalam kehidupan nyata siswa. Seorang siswa belum bisa dikatakan belajar dengan sempurna bila dia belum bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat diperlukan assesmen otentik dalam pembelajaran untuk membentuk kompetensi riil pada sisiwa.
Sedangkan Archbald (1991) mengungkapkan bahwa assesmen otentik berbeda dengan evaluasi penilaian pendidikan yang dilakukan secara tradisional yang mana di dalamnya berfokus pada kegiatan yang memunculkan kembali informasi seperti mengingat kembali perjanjian-perjanjian, istilah-istilah dan rumus-rumus. Pada assesmen otentik siswa menggunakan informasi yang masih diingat oleh otaknya untuk menghasilkan produk yang murni, berperan serta dalam menampilkan kinerja atau melengkapi proses dalam konteks “dunia nyata”. Siswa belajar bagaimana mengaplikasikan keterampilan mereka pada tugas-tugas dan rencana-rencana yang asli/otentik. Jadi sangat jelas amanat KTSP agar penilaian dilakukan dengan assesmen otentik, sehingga pembelajaran benar-benar mencerminkan kebermaknaan bagi siswa.
Adapun focus pelaksanaan assesmen otentik yaitu :
· Bagaimana siswa membuat analisis dari bacaan atau kejadian di sekitarnya
· Kemampuan sisws untuk mengintegrasikan apa yang telah dipelajari
· Perkembangan kreatifitas
· kemampuan kerja sama, dan
· kemampuan mengekspresikan secara lisan
Assesmen otentik mengharuskan pembelajaran berpusat pada guru, bukan pada siswa. Guru tak sepatutnya melakukan hal yang dilakukan oleh siswa. Sebagai contoh , untuk mengenal habitat sungai guru mengutus siswanya untuk melihat sendiri habitat tersebut (melihat langsung ke lokasi, melihat video atau gambar-gambar), kemudian siswa menyampaikan apa yang telah ia lihat, jadi bukan guru yang menceritakan habitat sungai kepada siswa. Jika penjelasan tetap dilakukan oleh guru maka pembelajaran menjadi tidak riil dan tidak otentik. Selain itu tes-tes objektif sebaiknya dihindari dalam pelaksanaan assesmen otentik kerena jenis tes tersebut merupakan imposed target by the tester with only one single answer. Tes objektif tidak memberi kesempatan peserta didik menemukan jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan caranya sendiri, tetapi dipaksa dengan hanya sedikit pilhan tanpa boleh mengambil jawaban selain jawaban yang ditawarkan.
Beberapa pendekatan dalam assesmen otentik yaitu :
· Melakukan percobaan-percobaan yang bersifat keilmuan.
· Melakukan penelitian yang bersifat ilmu social.
· Menulis cerita dan berita/laporan.
· Membaca dan menginterpretasikan literature.
· Memecahkan soal-soal matematika yang dapat diaplikasikan di dunia nyata.
Tujuan Pelaksanaan Assesmen Otentik
Di dalam assesmen otentik, penilaian seringkali berdasarkan performa siswa. Siswa diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka hadapi. Asesmen otentuk dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang bertujuan :
· Mengembangkan respon siswa daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah ditentukan sebelumnya.
· Menunjukkan cara berfikir tingkat tinggi (higher order thinking).
· Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau menyeluruh.
· Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.
· Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas siswa (portofolio) dalam jangka waktu lama.
· Memberikan kesempatan untuk melakukan penilaian beragam.
· Didasarkan dari kriteria yang jelas dan diketahui oleh siswa.
· Berhubungan erat dengan belajar di kelas.
· Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi pekerjaannya.
Jenis-Jenis Assesmen Otentik
Jenis-jenis assesmen otentik meliputi assesmen portofolio, kinerja (performance assessment), esai (open-respons questions), short investigation dan evaluasi diri (self assessment).
1. Assesmen Portofolio
Portofolio dan pencapaian suatu programio merupakan artefak (bukti karya/kegiatan/data) sebagai bukti yang menunjukkan perkembangan. Portofolio juga dapat diartikan sebagai dokumen selama pembelajaran dalam jangka panjang yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk kemajuan dan pembelajan siswa tentang harga diri penilaian dirinya sendiri, editing dan revisi.
Assesmen portofolio dapat membantu pencapaian target kompetensi, ia merupakan suatu pendekatan assesmen yang komprehensif karena:
· Dapat mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik secara bersama-sama
· Berorientasi baik pada proses maupun produk belajar
· Dapat memfasilitasi kepentingan dan kemajuan peserta didik secara individual
Assesmen portofolio mengandung tiga elemen pokok, yaitu:
a. Sampel Karya Peserta Didik
Karya peserta didik menunjukkan perkembangan belajarnya dari waktu ke waktu. Sampel tersebut dapat berupa tulisan/karangan, audio atau video, laporan, problem, matematika maupun eksperimen. Isi dari sampel tersebut disusun secara sistematis tergantung pada tujuan pembelajaran, preferensi pengajar, maupun preferensi peserta didik. Assesmen portofolio menilai proses maupun hasil.
b. Evaluasi Diri dalam Assesmen Portofolio
Evaluasi diri peserta didik dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuhnya telah sesuai. Melalui evaluasi diri peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan. Dengan demikian peserta didik akan lebih bisa bertanggungjawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya.
c. Kriteria Penilaian yang Jelas dan Terbuka
Dalam assesmen portofolio criteria penilaian harus dissosialisasikan kepada peserta didik secara jelas, mencakup prosedur dan standar pnilaian. Sistem dan standar assesmen dianjurkan untuk ditetapkan dahulu bersama-sama dengan peserta didik atau paling tidak diumumkan secara jelas.
2. Kinerja (Performance Assesment)
Assesmen kinerja merupakan suatu prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang apa dan sejauh mana yang dilakukan dalam suatu program. Pemantauan ini didasakan pada kinerja (performance) yang ditunjukkan untuk menyelesaikan permasalahn yang diberikan.
Assesmen kerja adalah penelusuran produk dalam proses, artinya hasil-hasil yang ditunjukkan dalam proses pelaksanaan program itu dijadikan dasar pemantauan perkembangan dan pencapaian program tersebut.
Ada tiga komponen utama dalam assesmen kerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubric performansi (performance rubrics), dan cara penilaian (scoring guide).
Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu :
· Holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi.
· Analytic scoring, yaitu pembeian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi.
· Primary traits scoring, yaitu pemberian skor terhadap beberapa unsure dominan dari suatu performansi.
3. Esai (open-respons question)
Test/esai menghendaki peserta didik untuk mengorganisasikan, meumuskan dan mengemukakan sendiri jawabannya. jadi peserta didik tidak memilih jawaban melainkan memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri secara bebas.
Ada dua bentuk esai, yaitu tes esai jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response). Pada tes esai bentuk jawaban terbuka, peserta didik dapat mendemonstrasikan kecakapannya untuk:
· Menyebutkan pengetahuan factual
· Menilai pengetahuan faktualnya
· Menyusun ide-idenya
· Mengemukakan idenya secara logis dan koheren
Sedangkan pada tes esai jawaban terbatas atau terstruktur, peserta didik lebih dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya, karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang harus diberikan oleh peserta didik. Esai terbuka merupakan bentuk assesmen otentik. Kelemahan esai adalah pada bagian penskoran akibat kurang objektifnya pemberi nilai.
4. Short Investigation
Pelaksanaannya yaitu guru menggunakan pengamatan singkat untuk mengetahui seberapa baik para siswa menguasai konsep-konsep dan keterampilan dasar. Sebagian besar pengamatan singkat dimulai dengan stimulus, seperti soal-soal matematika, gambar, peta, atau kutipan dari para ahli. Guru dapat meminta siswa untuk menginterpretasikan, mendiskripsikan, menghitung, merencanakan atau memprediksi. pengamatan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan pilihan ganda yang tingkatnya agak sulit, atu menggunakan peta konsep. Teknik seperti ini dilakukan untuk mengetahui seberapa baik siswa memahami hubungan-hubungan antar konsep.
5. Evaluasi Diri (Self Assesment)
Menurut Rolheiser dan Ross (2005) evaluasi diri adalah suatu cara untuk melihat kedalaman diri sendiri. Salvia dan Ysseldike (1996) menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Olheiser dan Ross (2005) mengajukan suatu model teoritik untuk menunjukkan kontribusi evaluasi terhadap pencapaian tujuan. Jadi ketika mengevaluasi sendiri performansinya,peserta didik terdorong untuk menetapkan tujuan yang lebih tinggi (goal). Kombinasi dari goal dan effort ini menentukan prestasi (achievement), selanjutnya prestasi ini berakibat pada penialaian terhadap diri (self-judgment), akibatnya timbul reaksi (self-reaction).
Kedua peneliti ini mengajukan empat langkah dalam berlatih melakukan evaluasi diri, yaitu:
· Libatkan semua komponen dalam menentukan criteria penilaian.
· Pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan criteria tersebut unntuk menilai kinerjanya.
· Beikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya.
· Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.
Sifat-Sifat Assesmen Otentik
Assesmen yang relevan adalah jenis-jenis assesmen yang identik dengan cirri pesrta didik yang aktif membangun pengetahuan hingga terbentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam setiapmata kuliah. Secara garis besar, assesmen otentik memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Berbasis Kompetensi
yaitu assesmen yang mampu memantau kompetensi sesrorang. Assesmen otentik pada dasrnya adalah assesmen kinerja, yaitu suatu unjuk kerja yang ditunjukkan sebagai akibat dari sutu proses belajar yang komprehensif. Kompetensi merupakan atribut individu peserta didik.
2. Individual
Kompetensi tidak bisa disamaratakan pada semua orang, tapi bersifat personal. Karena itu cara-cara assesmen yang digunakan untuk memantau kemampuan peserta didik cenderung tidak dapat secara akurat mengukur kompetensi setiap individu.
3. Berpusat pada Peserta Didik
Sifat ini muncul karena pelaksanaan assesmen otentik direncanakan, dilakukan dan dinilai oleh peserta didik sendiri, mengungkapkan seoptimal mungkin kelebihan setiap individu, dan juga kekurangannya untuk melakukan perbaikan. Assesmen otentik bersifat tak terstruktur dan open ended, dalam arti percepatan penyelesaian tugas-tugasnya otentik tidak bersifat uniformed dan klasikal, juga kinerja yang dihasilkan tidak harus sama antar individu di suatu kelompok.
4. Otentik
Pelaksanaannya harus nyata, riil seperti kehidupan sehari-hari. Selain itu harus sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
5. Terintegrasi dengan proses pembelajaran
Maksudnya adalah siswa tidak selalu dalam situasi test.
6. On Going atau berkelanjutan
Assesmen otentik harus dilkukan secra langsung pada saat proses pembelajaran.