Dalam masalah pedidikan, perhatian pemerintah masih terasa sangat minim. Gambaran ini tecermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Dampak dari pendidikan yang semakin buruk itu membuat negeri kita kedepannya makin terpuruk. Pada dasarnya ada dua masalah pokok pendidikan, yaitu yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang kedua yaitu masalah mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan bagi peserta didik. Sedangkan permasalahan pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional ada empat masalah. Masing-masing dari keempat permasalahan tersebut akan dibahas sebagai berikut.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan tentang bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Permasalahan ini timbul akibat masih banyaknya anak usia sekolah yang belum bisa ditampung dalam suatu lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas serta sarana yang disediakan, seperti gedung-gedung sekolah, tenaga pengajar, dan alat serta media belajar. Walaupun pemerintah telah membuat Undang-Undang yang mengatur permasalahan pendidikan, bukan berarti tujuan yang dicantumkan dalam Undang-Undang tersebut bisa terealisasi sesuai harapan. Undang-Undang tersebut kemudian dijadikan sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketertinggalan bangsa kita akibat penjajahan.
Permasalah pemerataan pendidikan ini merupakan salah satu permasalahan yang penting untuk diperhatikan. Utamanya pemberian pendidikan dasar yang memang sangat penting bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi perkembangan kehidupan. Pemberian pendidikan dasar di Sekolah dasar dapat memberikan bekal yang berarti dalam perkembangan pendidikan selanjutnya. Seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang dapat dikembangkan oleh masing-masing individu dalam mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media dan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian individu-individu tersebut tidak akan terbelakang dan menjadi penghambat dalam pembangunan.
Untuk pendidikan formal atau persekolahan, terdapat kebijaksanaan penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan dari setiap jenjang pendidikan yang ditempuh. Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan tersebut berdasarkan pada faktor kuantitatif, yaitu pemberian bekal dasar pendidikan yang sama kepada seluruh warga negara. Pada jenjang pendidikan menengah dan atas, kebijakan tersebut lebih didasarkan atas pertimbangan kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan peserta didik, keperluan tenaga kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu dan teknologi.
Untuk pendidikan informal atau luar sekolah, usaha pemerataan pendidikan dapat berjalan dengan pesat. Hal ini dikarenakan oleh dua faktor, pertama yaitu faktor perkembangan iptek yang menawarkan berbagai macam alternatif model pendidikan untuk memperluas pelayanan kesempatan belajar serta menambah pengetahuan mengenai teknologi. Faktor kedua yaitu faktor konsep pendidikan sepanjang hidup yang tidak membatasi usia seseorang untuk menuntut ilmu dan tidak terbatas hanya pada sarana-prasarana pendidikan yang tersedia.
Pemecahan Masalah Pemeratan Pendidikan
Permasalahan pemerataan pendidikan ini dapat dipecahkan melalui beberapa cara. Cara-cara tersebut bisa secara langsung pada sarana pendidikan atau pada pelaku pendidikan. Pada sarana pendidikan, dapat dilakukan misalnya melalui cara pembangunan gedung sekolah baru di daerah-daerah pinggiran, perbaikan dan penggantian gedung sekolah yang tidak layak pakai serta pengadaan sistem double sift (bergantian pagi dan sore) untuk penggunaan gedung sekolah agar penggunaannya bisa merata.
Sedangkan pada pelaku pendidikan dapat ditempuh dengan cara memberlakukan beberapa alternatif sistem pembelajaran baru. Seperti sistem pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru sehingga proses belajar bisa terjadi dimanapun, pengadaan sekolah dasar kecil di daerah terpencil untuk mengenalkan pendidikan bagi masyarakat pinggiran, sistem guru kunjung, sekolah terbuka, menggalakkan pendidikan luar sekolah seperti kejar paket A, B dan C, serta mengembangkan sistem belajar jarak jauh seperti teleconverse dan e-learning.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan muncul ketika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperi yang diharapkan. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia pendidikan dan sistem pendidikan yang kita pakai dapat menjadi penyebab dari permasalahan di atas. Banyaknya pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja. Dimana hanya berbekal hafalan tidak membuat tambahnya suatu kecerdasan maupun tambahnya kedewasaan seseorang. Di dalam belajar seharusnya disertai pemahaman terhadap suatu materi, sehingga pemahaman tersebut akan benar-benar menancap pada otak pelajar. Dan pada akhirnya, ketika ia harus terjun dalam masyarakat ia akan benar-benar bisa mengaplikasikan ilmu yang pernah ia pelajari tersebut.
Mutu pendidikan dapat diketahui pada kualitas keluarannya. Masyarakat tidak akan melihat proses bagaimana ia belajar. Yang dilihat hanyalah hasil akhir dari sekian lama ia menempuh pendidikan. Permasalahan yang banyak muncul sekarang adalah, apakah kualitas keluaran dari sistem pendidikan itu termasuk dalam pribadi yang benar-benar berkualitas sebagai manusia pembangunan. Dalam hal ini mampu membangun dirinya sendiri dan lingkungannya. Tetapi jelas tidak mudah mengukur mutu produk keluaran tersebut. Hal inilah yang membuat masyarakat menilai seseorang hanya pada hasil keluarannya saja, tanpa melihat proses pembelajaran dan proses mendapatkan keluaran tersebut.
Padahal sangat jelas, bahwa hasil belajar yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal, maka akan sulit mendapat hasil yang maksimal. Tapi bila proses belajar tidak optimal tetapi hasil yang dicapai baik, maka bisa dipastikan bahwa hasil yang dicapai itu semu. Ironisnya banyak sekali kejadian yang demikian tersebut terjadi di kehidupan kita sekarang. Jadi dari sini dapat diketahui bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Dalam proses belajar itu sendiri juga diperlukan dukungan dari komponen pendidikan seperti peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran dan masyarakat sekitar. Tapi dukungan yang diberikan pun juga tergantung pada kualitas dan kerjasama komponen pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mutu komponen pendidikan juga tergantung pada letak geografis tempat dimana komponen pendidikan itu berada. Umumnya diketahui bahwa di daerah pedesaan utamanya daerah terpencil mutu komponen pendidikannya lebih rendah daripada di daerah perkotaan. Usaha pemerataan pendidikan bertujuan untuk memeratakan mutu pendidikan di setiap jenjang agar terjadi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah, baik itu desa maupun kota sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
Sasaran pemecahan masalah mutu pendidikan adalah perbaikan kualitas komponen pendidikan dan mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya pemecahan permasalahan ini dapat ditempuh dengan cara:
- Seleksi yang lebih ketat terhadap calon yang akan masuk ke sekolah lanjutan atau tempat kerja.
- Pelatihan dan pengembangan kemampuan tenaga pendidikan melalui latihan, penataran, seminar, dan lain-lain.
- Penyempurnaan dan pemantapan kurikulum agar tidak mudah mengalami perubahan,
- Pembangunan sarana prasarana yang dapat mendukung kegiatan belajar.
- Penggunaan alat peraga, buku paket dan laboratoriun secara tepat guna.
- Pemantapan peraturan dalam berbagai ujian, baik itu ujian sekolah atau ujian kenegaraan.
- Pengawasan dan penelitian proses pendidikan oleh penilik ke setiap sekolah
3. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan membahas bagaimana sistem pendidikan memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal ini tergantung bagaimana penggunan dari sumber daya tersebut. Akan dikatakan mempunyai efisiensi tinggi apabila penggunannya hemat dan tepat sasaran. Dan bila sebaliknya, maka efisiensinya rendah. Sumber daya yang dimaksud di sini antara lain adalah tenaga kependidikan dan sarana prasarana pendidikan.
Masalah efisiensi tenaga kependidikan umumya meliputi masalah pengangkatan dan penempatan. Permasalahan pengangkatan terletak pada ketidakseimbangan antara jatah pengangkatan yang telah ditentukan dengan jumlah tenaga yang tersedia. Hal ini dapat menyebabkan kemubadziran tenaga pendidik, karena jatah pengangkatan jauh lebih kecil dari jumlah tenaga yang tersedia. Sehingga banyak tenaga pendidik banting setir mencari mata pencaharian yang tidak sesuai dengan keterampilannya mengajar. Padahal tenaga pendidik tidak dipersiapkan untuk berwirausaha.
Permasalahan penempatan banyak terjadi pada guru bidang studi. Masalah terletak pada ketidaksesuaian penempatan keahlian guru dengan kebutuhan di lapangan. Guru-guru yang menjadi korban dari permasalahan ini terpaksa merangkap mengajarkan bidang studi di luar kewenangannya. Hal ini dikarenakan terbatasnya jumlah pengangkatan guru di suatu sekolah, selain itu sulitnya menjaring tenaga yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil sehingga menyebabkan kekurangan tenaga pengajar. Permasalahan penempatan tenaga pengajar ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam memfungsikan tenaga guru.
Masalah efisiensi sarana prasarana lebih tertuju pada kurang matangnya perencanaan penggunaan, selain itu juga karena perubahan kurikulum. Permasalahan kurang matangnya perencanan misalnya pada pembangunan gedung-gedung sekolah tanpa memperhatikan lokasinya. Akibatnya banyak sekolah kekurangan murid dan banyak ruangannya menjadi kosong. Contoh lain yaitu diadakannya pendistribusian sarana pembelajaran tanpa dibarengi dengan pembekalan kemampuan, sikap dan keterampilan. Hal ini menyebabkan kemubadziran, karena sarana tersebut akhirnya tidak terpakai dan peningkatan efektifitas belajar pun gagal direalisasikan. Perubahan kurikulum biasanya mengakibatkan tidak terpakainya lagi buku paket siswa, pegangan guru dan perangkat belajar lainnya karena harus diganti dengan yang baru. Selain itu pengadaan pelatihan dan penataran kurikulum baru itu jelas memakan biaya yang tidak sedikit. Dan akhirnya pemborosan pun tidak bisa dielakkan lagi.
Pemecahan Masalah Efisiensi Pendidikan
Permasalah efisiensi pendidikan lebih mengarah pada masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.Hal tersebut dapat ditempuh melalui cara-cara pendekatan sistem, berorientasi pada peserta, dan pemanfaatan sumber belajar. Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didesain atau dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada peserta didik berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari peserta didik. Prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran peserta didik hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana pesera didik dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar.
4. Masalah Relevansi Pendidikan
Relevansi menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti hubungan atau kaitan. Maksudnya yaitu hubungan antara hasil keluaran (output) pendidikan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh pembangunan. Tugas pendidikan yaitu menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan mampu menghasilkan output dari proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan mampu mengisi semua sektor pembangunan yang beraneka ragam. Jika system pendidikan mampu menghasilkan output yang baik, potensial dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Umumnya output yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan jumlahnya lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan di lapangan. Namun sebaliknya, ada tenaga kerja yang dibutuhkan di lapangan, tapi kurang diproduksi atau bahkan tidak diproduksi. Ketidakseimbangan ini tentunya dapat menambah permasalahan dalam dunia pendidikan. Jumlah output yang lebih besar daripada tenaga yang dibutuhkan menyebabkan terjadinya penumpukan jumlah tenaga kerja yang menunggu pekerjaan setiap tahunnya. Hal lain yang mendukung masalah relevansi pendidikan yaitu masalah penyebaran penduduk. Penyebaran penduduk di Indonesia tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan daerah yang jarang penduduk yaitu di daerah pedalaman khususnya daerah terpencil yang berlokasi di pegununugan dan pulau-pulau. Permasalahan ini dapat menimbulkan perbedaan kebudayaan dan pandangan hidup mereka.
Masyarakat yang hidup di perkotaan umumnya mampu berfikir moderen dan mempunyai orientasi ke depan, sedangkan masyarakat pedalaman biasanya sudah merasa puas dengan apa yang dimilikinya tanpa ada usaha untuk maju. Hal inilah yang membuat kelompok masyarakat pedalaman kurang ikut berperan serta dalam pembangunan. Tugas pendidikan ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya dan memperkenalkan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan. Dalam hal ini pendidikan juga berperan dalam hal transformasi budaya, dan selalu bertumpu pada kebudayaan nasional. Sedangkan kebudayaan nasional sendiri selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Jika sistem pendidikan mampu menggapai masyarakat keterbelakangan kebudayaan tersebut, maka pendidikan mampu melibatkan masyarakat tersebut dalam pembangunan. Dengan ini maka relevansi dianggap terjadi.
Pemecahan Masalah Relevansi Pendidikan
Permasalahan relevansi pendidikan dapat dipecahkan mealui cara-cara seperti:
- Perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi agar tercipta manusia yang berkualitas tinggi sehingga meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
- Peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat menunjukkan apa yang pernah ia dapatkan selama menempuh pendidikan.
- Melakukan pembaharuan sistem pendidikan, termasuk kurikulum. Seperti menyusunan kurikulum yang mengacu pada standar nasional yang berlaku secara nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat.
- Memberdayakan lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Juga meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
- Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh agar generasi muda dapat berkembang secara optimal disertai hak, dukungan, dan lindungan sesuai dengan potensinya.
- Pemberdayaan lembaga pendidikan baik formal dan nonformal di dalam pembentukan dan pengembangan kualitas SDM sedini mungkin, termasuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan keimanan dan ketakwaan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan.
- Memberdayakan dewan pendidikan dan komite sekolah atau madrasah sebagai wujud peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.
II. KESIMPULAN
Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan selalu berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi. Sebagai akibatnya, permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin luas. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah manusia yang merupakan pelaku dalam kegiatan pembangunan serta usaha pendidikan yang mempunyai orientasi ke depan dan harus dapat dijangkau oleh pemikiran manusia. Permasalahan yang timbul antara lain seperti masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, dan masalah relevansi pendidikan.
Untuk memecahkan permasalahan-permasalahn tersebut diperlukan rumusan tentang berbagai masalah yang bersifat pokok agar pemecahannya pun bisa tepat sasaran. Keempat permasalahan yang timbul tersebut dapat teratasi jika pendidikan mampu untuk:
- Menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya mampu menampung semua warga negara yang butuh pendidikan dalam suatu wadah pendidikan.
- Mencapai hasil pendidikan yang bermutu, artinya perencanaan dan proses belajar telah sesuai dengan tujuan sistem pendidikan yang telah ditetapkan
- Terlaksana secara efisien, artinya pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang telah ditulis dalam perencanaan.
- Menghasilkan produk bermutu yang relevan, artinya output yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Namun yang terjadi sekarang, hal-hal diatas belum dapat dipenuhi oleh sistem pendidikan yang ada di negara kita.
READ MORE - PERMASALAHAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN DAN PEMECAHANNYA